Kamis, 27 Oktober 2011

Membatasi Ruang Tanpa Pembatas


1
Membuat batas sebuah ruang bisa saja dibuat gampang. Beri pembatas, sudahlah
tuntas. Tapi bisakah Anda bayangkan, betapa sesak rumah Anda bila dipenuhi oleh sekat?

Coba kita lihat rumah contoh di Mawar Town House ini. Setiap ruang memiliki batas teritorinya sendiri sekalipun tidak ada pembatas yang cukup berarti. Batas ini begitu maya; tidak kasat mata tapi akan terasa dengan sendirinya. Apa yang bisa memunculkan batas maya ini? Jawabnya adalah fokus ruang.

Katakan sebuah ruang besar di dalam sebuah rumah menampung tiga fungsi, yaitu ruang keluarga, ruang makan, dan ruang kerja. Meletakkan sebuah fokus yang spesifik pada setiap ruangan, secara psikologis akan membuat kita “memecah” ruang besar tersebut ke dalam 3 bagian, sekalipun tidak ada pembatas fisik. Memang, pengaturan letak perabot juga ikut andil dalam membuat batasan ruang. Tapi “pemecahan” melalui fokus ruang ini membuat pembagian ruang terasa lebih tersusun rapi. Nah, fokus seperti apa yang digunakan di rumah ini?

Ruang Keluarga
Fokus pada ruang keluarga di sini adalah dinding berwarna hijau. Dinding hijau ini dibuat sedikit menjorok ke dalam (kira-kira 50 cm), dan diberi bingkai kayu. Di area inilah diletakkan meja yang bisa digunakan untuk meletakkan TV, perangkat audio, atau pajangan. Sofa yang ditata dalam formasi “L” dan dibuat menghadap TV, memastikan pandangan akan tertuju ke arah dinding hijau ini. Ketika kita memandang fokus dinding hijau inilah, batas maya ruang keluarga akan muncul dengan sendirinya.

Ruang Makan
Bersebelahan dengan ruang keluarga, ada ruang makan. Antara kedua ruang ini tidak diletakkan pembatas apapun. Tapi, salah satu dinding yang ada di ruang makan dicat warna merah. Lagi-lagi, dinding merah ini dibuat menjorok ke dalam, walau tidak sedalam dinding hijau di ruang keluarga. Menempel pada dinding ini, diletakkan sebuah meja konsol, dan di atasnya digantungkan hiasan dinding. Pada saat mata menuju ke dinding merah ini, terwujudlah dalam benak sebentuk ruang dengan fungsi untuk tempat makan.

Ruang Kerja
Juga berdekatan dengan ruang keluarga, ada ruang kerja. Jangan dulu membayangkan bahwa ruang ini berbentuk ruangan. Tidak sama sekali. Yang dimaksud dengan ruang kerja di sini hanyalah sebuah meja dengan satu kursi yang diletakkan menempel pada sebidang dinding yang dicat hijau terang (lebih terang dibandingkan hijau pada ruang keluarga). Cuma itu. Tapi lagi-lagi, fokus berupa dinding hijau membuat area itu seperti terpisah dari ruang keluarga dan memiliki fungsi sendiri.

Partisi Kecil
Selain fokus pada setiap ruang, di rumah ini juga ada “partisi kecil”. Kenapa perlu diberi embel-embel kata “kecil”, karena partisi ini memang tidak menyerupai partisi pada umumnya yang lebar dan tinggi. Tapi sekalipun kecil, benda ini menjalankan fungsi dengan sangat baik sebagai pembatas bagi ruang tamu dan juga bagi dapur.

Untuk “memisahkan” ruang tamu dari ruang lainnya digunakan partisi kecil dari kayu yang “dilubangi” dengan pola lingkaran-lingkaran. Kayu ini lebarnya hanya sekitar 40 cm, diletakkan menempel pada dinding kiri dan kanan. Partisi ini tidak memisahkan ruang tamu dan ruang keluarga secara fisik, karena toh pandangan dari ruang yang satu masih sangat terbuka ke ruang lainya. Tapi ia memisahkan secara fungsi. Partisi kecil ini menjadi tanda bahwa ruang di sisi satu dan sisi lainnya memiliki fungsi yang berbeda. Selain itu, partisi ini juga menjadi ornamen menarik di ruang tamu.

Partisi kecil lain bisa dijumpai di dapur. Deretan kayu menyerupai jeruji diletakkan di ujung meja kitchen set, menjadi pembatas antara dapur dan ruang makan (Gambar..). Apakah jeruji ini menghalangi pandangan? Sama sekali tidak. Tapi ia menciptakan “jarak” yang memisahkan aktivitas makan dan aktivitas memasak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar